Selasa, 17 Maret 2009

Bagian Terpenting Dari Tubuhmu


Ibuku selalu bertanya padaku, apa bagian tubuh yang paling penting. Bertahun-tahun, aku selalu menebak dengan jawaban yang aku anggap benar. Ketika aku muda, aku pikir suara adalah yang paling penting bagi kita sebagai manusia, jadi aku jawab, "Telinga, Bu." Tapi, ternyata itu bukan jawabannya.


"Bukan itu, Nak. Banyak orang yang tuli. Tapi, teruslah memikirkannya dan aku menanyakan lagi nanti."
Beberapa tahun kemudian, aku mencoba menjawab, sebelum dia bertanya padaku lagi. Sejak jawaban pertama, kini aku yakin jawaban kali ini pasti benar. Jadi, kali ini aku memberitahukannya. "Bu, penglihatan sangat penting bagi semua orang, jadi pastilah mata kita."
Dia memandangku dan berkata, "Kamu belajar dengan cepat, tapi jawabanmu masih salah karena banyak orang yang buta."
Gagal lagi, aku meneruskan usahaku mencari jawaban baru dan dari tahun ke tahun Ibu terus bertanya padaku beberapa kali dan jawaban dia selalu, "Bukan. Tapi, kamu makin pandai dari tahun ke tahun, Anakku."
Akhirnya tahun lalu, kakekku meninggal. Semua keluarga sedih. Semua menangis. Bahkan, ayahku menangis. Aku sangat ingat itu karena itulah saat kedua kalinya aku melihatnya menangis. Ibuku memandangku ketika tiba giliranku untuk mengucapkan selamat tinggal pada kakek.
Dia bertanya padaku, "Apakah kamu sudah tahu apa bagian tubuh yang paling penting, sayang?"
Aku terkejut ketika Ibu bertanya pada saat seperti ini. Aku sering berpikir, ini hanyalah permainan antara Ibu dan aku. Ibu melihat kebingungan di wajahku dan memberitahuku, "Pertanyaan ini penting. Ini akan menunjukkan padamu apakah kamu sudah benar-benar "hidup".
Untuk semua bagian tubuh yang kamu beritahu padaku dulu, aku selalu berkata kamu salah dan aku telah memberitahukan kamu kenapa. Tapi, hari ini adalah hari di mana kamu harus mendapat pelajaran yang sangat penting." Dia memandangku dengan wajah keibuan. Aku melihat matanya penuh dengan air. Dia berkata, "Sayangku, bagian tubuh yang paling penting adalah bahumu."
Aku bertanya, "Apakah karena fungsinya untuk menahan kepala?"
Ibu membalas, "Bukan, tapi karena bahu dapat menahan kepala seorang teman atau orang yang kamu sayangi ketika mereka menangis. Kadang-kadang dalam hidup ini, semua orang perlu bahu untuk menangis. Aku cuma berharap, kamu punya cukup kasih sayang dan teman-teman agar kamu selalu punya bahu untuk menangis kapan pun kamu membutuhkannya."
Akhirnya, aku tahu. Bagian tubuh yang paling penting adalah tidak menjadi orang yang mementingkan diri sendiri. Tapi, simpati terhadap penderitaan yang dialami oleh orang lain. Orang akan melupakan apa yang kamu katakan. Orang akan melupakan apa yang kamu lakukan. Tapi, orang TIDAK akan pernah lupa bagaimana kamu membuat mereka berarti.

Read More...

Cekikik


Cerita 01
Al Ashma'i berkata kepada seorang anak, " Hai bocah, maukah kamu diberi uang seratus ribu dinar sedang kau menjadi seorang yang tolol?"
Anak itu menjawab, "Tidak!"
"Mengapa?" tanya Ashma'i.


Dengan tenang anak menjawab, "Saya takut tolol, karena ketololan itu dapat membawa kepada kejahatan, dan akhirnya saya kehilangan seratus ribu dinar itu, sedang sifat tolol tetap saya sandang".

Cerita 02
Seorang ayah yang lain, menyuruh anaknya membeli tali untuk sumurnya sepanjang 20 hasta. Ditengah jalan ia kembali dan bertanya kepada ayahnya, "Ayah, panjang tali itu 20 hasta, lalu lebarnya berapa?"
Dengan kesal dan gusar si ayah menjawab, "Selebar musibah saya mempunyai anak seperti engkau"

Kita termasuk orang tua yang mempunyai anak yang seperti mana ya?????

Read More...

Senin, 16 Maret 2009

Bersyukur dan Bersabar


Hingga saat ini saya merasa bahwa belumlah menjadi suami dan bapak yang ideal. Berbagai upaya saya lakukan untuk menuju kesempurnaan sebagai suami dan bapak bagi anak-anak saya. Berbagai buku dan seminar yang berkaitan dengan tema suami atau menjadi orang tua teladan telah saya ikuti.


Saya juga mendatangi orang-orang yang katanya hebat dalam urusan ini. Bahkan saya pernah cuti khusus untuk mengikuti seseorang yang kabarnya berhasil menjadi orang tua. Semua perilaku hidupnya saya amati. Banyak pelajaran yang saya petik dari guru kehidupan saya tersebut.
Pengalaman menarik ketika saya mendatangi seseorang di Bekasi untuk berdiskusi tentang keluarga ideal. Setelah sekian lama berdiskusi akhirnya saya pamit pulang. Ketika saya menjabat tangannya untuk pamitan dia mengatkan “selamat keluarga anda adalah ahli surga,” langsung saya jawab, “dari mana Anda tahu kami keluarga ahli surga?” “Ciri keluarga ahli surga adalah bersyukur dan bersabar,” jawab sahabat saya.
Segera saya timpali, “darimana Anda tahu kami keluarga yang bersyukur dan bersabar”. Dengan cepat dia jawab, “Mas Jamil (hehehe) bersyukur karena mendapat istri yang hebat. Semantera istri mas Jamil bersabar dapat mas Jamil”. Kami tertawa, dan rasanya sahabat saya benar. Saya memang benar-benar bersyukur mendapatkan istri saya dan semoga dia bersabar mendampingi saya.

Read More...

Guyon Maz



Bagian 1
Ketika Pak Anton baru pulang dari kantor, segera disambut anaknya.

“Ayah, tadi ada tamu mencari Ayah. Katanya, Ayah dengan dia pernah sama-sama satu kelas di SD.”

“Bagaimana ciri-cirinya orang itu?”



“Gemuk, botak, dan berkumis.”

“Mustahil, di kelas Ayah dulu, tidak pernah ada orang macam itu. Yang gemuk ada, tetapi yang botak dan berkumis nggak ada!”


Bagian 2
Suatu pagi di sebuah kelas Sekolah Menengah Umum.

Siswa : “Pak, mau nanya. Undergound itu apa, Pak?”

Guru : “Underground itu artinya bawah tanah, Nak. Tumben kamu tanya, ada apa nak?”

Siswa : “Gak kok pak, bingung saja kok ada istilah itu…”

Siswa : “Kalau musik underground itu apa pak?”

Guru : “Itu artinya musik bawah tanah nak. Pokoknya undergound itu untuk menggambarkan segala sesuatu yang bersifat di bawah tanah atau tidak kelihatan”

Siswa : “Berarti ubi itu tanaman yang umbinya juga underground ya, Pak?”


Bagian 3
Seorang wanita yang sangat gemuk pergi ke dokter.

Wanita: “Dok, obat apa yang harus saya minum agar bisa kurus?”

Dokter: “Oh, anda tidak perlu minum obat, cukup geleng-geleng kepala saja!”

Wanita: “Kapan saya harus geleng-geleng kepala dok? Pagi, siang, sore, atau malam?”

Dokter: “Cukup ketika ada orang yang menawari makan saja!”

Read More...

Jumat, 13 Maret 2009

Jangan Jadi Orang Konsisten


Pak Jamil bercerita;
Saya sering mendapat pelajaran untuk konsisten mengerjakan sesuatu. Tetapi saya dapat pelajaran lain dari orang tua angkat saya. Orang yang sangat saya hormati itu bernama Houtman Z Arifin (HZA). Dia memang bukan orang tua kandung saya. Tetapi dia seperti orang tua saya sendiri. Dia mengajarkan kepada saya agar tidak konsisten.


HZA memulai bekerja dengan menjadi office boy (OB) di city bank. Setelah 19 tahun mengabdi di city bank dia menjadi vice president (VP) di perusahaan multinasional itu. Setelah menjadi VP dia masih sering berinteraksi dengan rekan-rekannya yang masih menjadi OB. Hingga suatu saat temannya protes kepada HZA, “Houtman kamu payah. Kamu gak konsisten. Kita nich konsisten…konsisten jadi OB” mereka tertawa bersama.
Kita memang seharusnya tidak menjadi orang yang konsisten. Bukankah orang bijak pernah mengatakan “Barang siapa yang hari ini sama dengan hari kemarin berarti dia merugi. Barang siapa yang hari ini lebih buruk dibandingkan hari kemarin dia celaka. Dan barang siapa yang hari ini lebih baik dibandingkan hari kemarin dialah orang yang beruntung.” Kalau konsisten berarti kita rugi khan?
Supaya hidup kita beruntung berarti setiap hari kulaitas hidup kita harus meningkat walau hanya 1%. Sedikit demi sedikit lama-lama jadi bukit. Walau hanya 1% melakukan peningkatan hidup per hari, tapi bila dilakukan satu tahun akan menjadi 365%. Artinya kualitas hidup Anda seharusnya setiap tahun meningkat 365%. Tapi kalau Anda konsisten maka Anda akan menjadi orang yang sama kualitas hidupnya dibandingkan tahun lalu. Berarti Anda menjadi kelompok orang-orang yang merugi.
Nah, sekarang sudah hampir dipenghujung tahun 2008. Coba Anda merenung sejenak. Apakah kehidupan Anda hari ini masih sama dengan tahun lalu? Apakah prestasi Anda sama dengan tahun lalu? Apakah perhatian Anda kepada pasangan hidup Anda sama dengan tahun lalu? Apakah hutang Anda besarnya masih sama dengan tahun lalu? Apakah sahabat Anda juga masih saman dengan tahun lalu? Kalau masih sama berarti Anda menjadi orang yang rugi karena Anda masih konsisten.
Jadi mulai hari ini, Jangan Jadi Orang Konsisten karena akan membuat hidup Anda Merugi. Rencanakan tahun 2009, buatlah target-target yang membuat kehidupan Anda tidak konsisten seperti tahun 2008. Target yang Anda buat harus menunjukkan peningkatan bahkan bila perlu lompatan nilai bila dibandingkan tahun 2008. Selamat menyusun Target 2009.

Read More...

Motivasi Kang Harits


Keluarga Mitra,
Pasti, tak satupun diantara kita ingin menjadi pribadi yang gagal. Kita ingin menjadi pribadi-pribadi unggul. Karena itu, apapun yang menimpa hidup kita, berhentilah mengeluh. Tekanan, kesulitan hidup yang Anda hadapi tidak akan pernah selesai jika disikapi dengan mengeluh saja. Bangkit dan lakukan sesuatu untuk hidup kita. Hidup kita begitu berarti, jangan berhenti hanya karena hal kecil, jangan mengeluh hanya karena persoalan. Sebab apa yang terjadi dalam rutinitas kita adalah sebuah dinamika kehidupan semata.



Keluarga Mitra,
Jangan pernah berhenti dan jangan berbuat setengah hati.....
Karena begitulah sikap seorang pejuang, mampu menatap hidupnya, mampu menata cita-citanya. Semua orang berhak untuk bercita-cita, semua orang berhak untuk bermimpi tapi menjadi seorang pejuang sejati tak kenal kata henti dan terus berkarya dalam kerangka kemanfaatan. Sebab di atas jalan itu, hidup seorang manusia mempunyai arti.

Keluraga Mitra,
Jangan pernah berhenti berbuat baik, walaupun perbuatan baik itu dinilai buruk dan dianggap tidak bermanfaat oleh orang lain. Dan jangan pernah mencoba-coba berbuat buruk, meski dipuji dan dinilai baik atau bermanfaat bagi manusia.
Karena perbuatan baik akan tetap baik walau dinilai buruk dan perbuatan buruk akan tetap buruk, walau dinilai baik dalam pandangan manusia. Sebab miqyasul amal kita adalah pertanyaan apakah allah ridha atau tidakkah dengan amal kita.....jadi kita sedang mencari ridho-Nya...bukan ridho manusia.

Keluarga Mitra,
Siapapun pasti memiliki harapan. Meski kadang ada diantara kita yang tidak mengakuinya. Namun harapan hanyalah sebuah keinginan, terkadang yang kita harapkan tidak sesuai dengan kenyataan atau gagal. Yang pasti itu karena memang itu bukan hak kita, walaupun kita sudah berusaha sebaik dan semaksimal mungkin.
Agar tidak frustasi, hadapi kenyataan dengan ikhlas dan berfikir positif, optimis bahwa kelak kita akan mendapat yang lebih baik dari harapan kita

Keluarga Mitra,
Singgungan hidup bisa dimulai dari banyak pintu. Satu pintu diantaranya karena cara kita berbicara dengan orang lain. Disini segalanya bisa berubah buruk dan menjadikan pahit getir bagi hati dan perasaan orang yang kita cintai.
Sungguh tidak sepantasnya kita menjadi penyebab hidup orang lain pahit, pedih dan getir. Sebab sumber-sumber penyebab orang lain pedih dan getir adalah bara api yang membakar jiwa dan hati kita sendiri. Berbahagialah Anda yang tidak membuat orang-orang yang Anda cintai pedih dan getir.

Keluarga Mitra,
Menjadi yang terbaik merupakan konsekuensi hidup.
Keyakinan yang sangat kuat bahwa kita mampu menjadi yang terbaik itulah kuncinya. Dan yakinlah, kita bisa melakukan kebaikan untuk menjadi yang terbaik dalam memberi manfaat bagi siapa saja.
Mari terus belajar untuk menundukkan tantangan, belajar menjadi yang terbaik karena untuk itulah kita dilahirkan.
Untuk memberi manfaat dan sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi sesama.

Read More...

Kamis, 12 Maret 2009

Tukang Ledeng


Suatu hari bos Mercedes-Benz mempunyai masalah dengan kran air dirumahnya. Kran itu selalu bocor hingga dia kawatir anaknya terpeleset jatuh .Atas rekomendasi seorang temannya , Mr. Benz menelpon seorang tukang ledeng untuk memperbaiki kran miliknya .
Perjanjian perbaikan ditentukan 2 hari kemudian karena si tukang ledeng rupanya cukup sibuk . Si tukang ledeng sama sekali tidak tahu bahwa si penelpon adalah bos pemilik perusahaan mobil terbesar di Jerman.


Satu hari setelah ditelpon Mr.Benz , pak tukang ledeng menghubungi Mr.Benz untuk menyampaikan terima kasih karena sudah bersedia menunggu satu hari lagi . Bos Mercy-pun kagum atas pelayanan dan cara berbicara pak tukang ledeng .
Pada hari yang telah disepakati , si tukang ledeng datang ke rumah Mr.Benz untuk memperbaiki kran yang bocor . Setelah kutak sana kutak sini , kranpun selesai diperbaiki dan pak tukang ledeng pulang setelah menerima pembayaran atas jasanya .
Sekitar 2 minggu setelah hari itu , si tukang ledeng menghubungi Mr.Benz untuk menanyakan apakah kran yang diperbaiki sudah benar-benar beres atau masih timbul masalah ? Mr. Benz berpikir pasti orang ini orang hebat walaupun cuma tukang ledeng. Mr. Benz menjawab di telepon bahwa kran di rumahnya sudah benar-benar beres dan mengucapkan terima kasih atas pelayanan pak tukang ledeng . Tahukah anda bahwa beberapa bulan kemudian Mr. Benz merekrut si tukang ledeng untuk bekerja di perusahaannya ? Ya , namanya Christopher L.Jr. Saat ini beliau adalah General manager Customer Satisfaction and Public Relation di Mercedez Benz!

Read More...

Katak dan Hujan


Ada kegundahan tersendiri yang dirasakan seekor anak katak ketika langit tiba-tiba gelap. "Bu, apa kita akan binasa. Kenapa langit tiba-tiba gelap?" ucap anak katak sambil merangkul erat lengan induknya. Sang ibu menyambut rangkulan itu dengan belaian lembut.
"Anakku," ucap sang induk kemudian. "Itu bukan pertanda kebinasaan kita. Justru, itu tanda baik." jelas induk katak sambil terus membelai. Dan anak katak itu pun mulai tenang.


Namun, ketenangan itu tak berlangsung lama. Tiba-tiba angin bertiup kencang. Daun dan tangkai kering yang berserakan mulai berterbangan. Pepohonan meliuk-liuk dipermainkan angin. Lagi-lagi, suatu pemandangan menakutkan buat si katak kecil. "Ibu, itu apa lagi? Apa itu yang kita tunggu-tunggu? " tanya
si anak katak sambil bersembunyi di balik tubuh induknya.
"Anakku. Itu cuma angin," ucap sang induk tak terpengaruh keadaan. "Itu juga pertanda kalau yang kita tunggu pasti datang!" tambahnya begitu menenangkan. Dan anak katak itu pun mulai tenang. Ia mulai menikmati tiupan angin kencang yang tampak menakutkan.
"Blarrr!!!" suara petir menyambar-nyambar. Kilatan cahaya putih pun kian menjadikan suasana begitu menakutkan. Kali ini, si anak katak tak lagi bisa bilang apa-apa. Ia bukan saja merangkul dan sembunyi di balik tubuh induknya. Tapi juga gemetar. "Buuu, aku sangat takut. Takut sekali!" ucapnya sambil terus memejamkan mata.
"Sabar, anakku!" ucapnya sambil terus membelai. "Itu cuma petir. Itu tanda ketiga kalau yang kita tunggu tak lama lagi datang! Keluarlah. Pandangi tanda-tanda yang tampak menakutkan itu. Bersyukurlah, karena hujan tak lama lagi datang," ungkap sang induk katak begitu tenang.
Anak katak itu mulai keluar dari balik tubuh induknya. Ia mencoba mendongak, memandangi langit yang hitam, angin yang meliuk-liukkan dahan, dan sambaran petir yang begitu menyilaukan. Tiba-tiba, ia berteriak kencang, "Ibu, hujan datang. Hujan datang! Horeeee!"

Pesan Moril :

Anugerah hidup kadang tampil melalui rute yang tidak diinginkan. Ia tidak datang diiringi dengan tiupan seruling merdu. Tidak diantar oleh dayang-dayang nan rupawan. Tidak disegarkan dengan wewangian harum.
Saat itulah, tidak sedikit manusia yang akhirnya dipermainkan keadaan. Persis seperti anak katak yang takut cuma karena langit hitam, angin yang bertiup kencang, dan kilatan petir yang menyilaukan. Padahal, itulah sebenarnya tanda-tanda hujan.
Benar apa yang diucapkan induk katak: jangan takut melangkah, jangan sembunyi dari kenyataan, sabar dan hadapi. Karena hujan yang ditunggu, pasti akan datang. Bersama kesukaran ada kemudahan. Sekali lagi, bersama kesukaran ada kemudahan.

Read More...

Beban dan Stres


Pada saat memberikan kuliah tentang Manajemen Stres, Stephen Covey mengangkat sebuah gelas berisi air dan bertanya kepada para siswanya,"Seberapa berat menurut anda kira segelas air ini?"


Para siswa menjawab mulai dari 200 gr sampai 500 gr."Ini bukanlah masalah berat absolutnya, tapi tergantung berapa lama anda memegangnya." kata Covey.
"Jika saya memegangnya selama 1 menit, tidak ada masalah. Jika saya memegangnya selama 1 jam, lengan kanan saya akan sakit. Dan jika saya memegangnya selama 1 hari penuh, mungkin anda harus memanggilkan ambulans untuk saya. Beratnya sebenarnya sama, tapi semakin lama saya memegangnya, maka bebannya akan semakin berat."
"Jika kita membawa beban kita terus menerus, lambat laun kita tidak akan mampu membawanya lagi. Beban itu akan meningkat beratnya." lanjut Covey. "Apa yang harus kita lakukan adalah meletakkan gelas tersebut, istirahat sejenak sebelum mengangkatnya lagi".
Kita harus meninggalkan beban kita secara periodik, agar kita dapat lebih segar dan mampu membawanya lagi.
Jadi sebelum pulang ke rumah dari pekerjaan sore ini, tinggalkan beban pekerjaan. Jangan membawa pulang beban. Beban itu dapat diambil lagi besok. Apapun beban yang ada dipundak anda hari ini, coba tinggalkan sejenak jika bisa. Setelah beristirahat nanti dapat diambil lagi.
Hidup ini singkat, jadi cobalah menikmatinya dan memanfaatkannya...!!
Hal terindah dan terbaik di dunia ini tak dapat dilihat, atau disentuh, tapi dapat dirasakan jauh di relung hati kita.

Read More...

Orang Tua Bijak


Pernah ada seorang tua yang hidup di desa kecil. Meskipun ia miskin, semua orang cemburu kepadanya karena ia memiliki kuda putih cantik. Bahkan raja menginginkan hartanya itu. Kuda seperti itu belum pernah dilihat orang, begitu gagah, anggun dan kuat. Orang-orang menawarkan harga amat tinggi untuk kuda jantan itu, tetapi orang tua itu selalu menolak : "Kuda ini bukan kuda bagi saya", katanya : "Ia adalah seperti seseorang. Bagaimana kita dapat menjual seseorang. Ia adalah sahabat bukan milik. Bagaimana kita dapat menjual seorang sahabat ?" Orang itu miskin dan godaan besar. Tetapi ia tidak menjual kuda itu.


Suatu pagi ia menemukan bahwa kuda itu tidak ada di kandangnya. Seluruh desa datang menemuinya. "Orang tua bodoh", mereka mengejek dia : "Sudah kami katakan bahwa seseorang akan mencuri kudamu. Kami peringatkan bahwa kamu akan di rampok. Anda begitu miskin... Mana mungkin anda dapat melindungi binatang yang begitu berharga ? Sebaiknya anda menjualnya. Anda boleh minta harga apa saja. Harga setinggi apapun akan dibayar juga. Sekarang kuda itu hilang dan anda dikutuk oleh kemalangan".
Orang tua itu menjawab : "Jangan bicara terlalu cepat. Katakan saja bahwa kuda itu tidak berada di kandangnya. Itu saja yang kita tahu; selebihnya adalah penilaian. Apakah saya di kutuk atau tidak, bagaimana Anda dapat ketahui itu ? Bagaimana Anda dapat menghakimi ?". Orang-orang desa itu protes : "Jangan menggambarkan kami sebagai orang bodoh! Mungkin kami bukan ahli filsafat, tetapi filsafat hebat tidak di perlukan. Fakta sederhana bahwa kudamu hilang adalah kutukan".

Orang tua itu berbicara lagi : "Yang saya tahu hanyalah bahwa kandang itu kosong dan kuda itu pergi. Selebihnya saya tidak tahu. Apakah itu kutukan atau berkat, saya tidak dapat katakan.Yang dapat kita lihat hanyalah sepotong saja. Siapa tahu apa yang akan terjadi nanti ?"
Orang-orang desa tertawa. Menurut mereka orang itu gila. Mereka memang selalu menganggap dia orang tolol; kalau tidak, ia akan menjual kuda itu dan hidup dari uang yang diterimanya. Sebaliknya, ia seorang tukang potong kayu miskin, orang tua yang memotong kayu bakar dan menariknya keluar hutan lalu menjualnya. Uang yang ia terima hanya cukup untuk membeli makanan, tidak lebih. Hidupnya sengsara sekali. Sekarang ia sudah membuktikan bahwa ia betul-betul tolol.
Sesudah lima belas hari, kuda itu kembali. Ia tidak di curi, ia lari ke dalam hutan. Ia tidak hanya kembali, ia juga membawa sekitar selusin kuda liar bersamanya. Sekali lagi penduduk desa berkumpul sekeliling tukang potong kayu itu dan mengatakan : "Orang tua, kamu benar dan kami salah. Yang kami anggap kutukan sebenarnya berkat. Maafkan kami".
Jawab orang itu : "Sekali lagi kalian bertindak gegabah. Katakan saja bahwa kuda itu sudah balik. Katakan saja bahwa selusin kuda balik bersama dia, tetapi jangan menilai. Bagaimana kalian tahu bahwa ini adalah berkat ? Anda hanya melihat sepotong saja. Kecuali kalau kalian sudah mengetahui seluruh cerita, bagaimana anda dapat menilai ? Kalian hanya membaca satu halaman dari sebuah buku. Dapatkah kalian menilai seluruh buku ? Kalian hanya membaca satu kata dari sebuah ungkapan. Apakah kalian dapat mengerti seluruh ungkapan ? Hidup ini begitu luas, namun Anda menilai seluruh hidup berdasar! kan satu halaman atau satu kata.Yang anda tahu hanyalah sepotong! Jangan katakan itu adalah berkat. Tidak ada yang tahu. Saya sudah puas dengan apa yang saya tahu. Saya tidak terganggu karena apa yang saya tidak tahu".
"Barangkali orang tua itu benar," mereka berkata satu kepada yang lain. Jadi mereka tidak banyak berkata-kata. Tetapi di dalam hati mereka tahu ia salah. Mereka tahu itu adalah berkat. Dua belas kuda liar pulang bersama satu kuda. Dengan kerja sedikit, binatang itu dapat dijinakkan dan dilatih, kemudian dijual untuk banyak uang.
Orang tua itu mempunyai seorang anak laki-laki. Anak muda itu mulai menjinakkan kuda-kuda liar itu. Setelah beberapa hari, ia terjatuh dari salah satu kuda dan kedua kakinya patah. Sekali lagi orang desa berkumpul sekitar orang tua itu dan menilai. "Kamu benar", kata mereka : "Kamu sudah buktikan bahwa kamu benar. Selusin kuda itu bukan berkat. Mereka adalah kutukan. Satu-satunya puteramu patah kedua kakinya dan sekarang dalam usia tuamu kamu tidak ada siapa-siapa untuk membantumu... Sekarang kamu lebih miskin lagi.
Orang tua itu berbicara lagi : "Ya, kalian kesetanan dengan pikiran untuk menilai, menghakimi. Jangan keterlaluan. Katakan saja bahwa anak saya patah kaki. Siapa tahu itu berkat atau kutukan ? Tidak ada yang tahu. Kita hanya mempunyai sepotong cerita. Hidup ini datang sepotong-sepotong".Maka terjadilah dua minggu kemudian negeri itu berperang dengan negeri tetangga. Semua anak muda di desa diminta untuk menjadi tentara. Hanya anak si orang tua tidak diminta karena ia terluka. Sekali lagi orang berkumpul sekitar orang tua itu sambil menangis dan berteriak karena anak-anak mereka sudah dipanggil untuk bertempur. Sedikit sekali kemungkinan mereka akan kembali. Musuh sangat kuat dan perang itu akan dimenangkan musuh. Mereka tidak akan melihat anak-anak mereka kembali. "Kamu benar, orang tua", mereka menangis : "Tuhan tahu, kamu benar. Ini buktinya. Kecelakaan anakmu merupakan berkat. Kakinya patah, tetapi paling tidak ia ada bersamamu. Anak-anak kami pergi untuk selama-lamanya".
Orang tua itu berbicara lagi : "Tidak mungkin untuk berbicara dengan kalian. Kalian selalu menarik kesimpulan. Tidak ada yang tahu. Katakan hanya ini : anak-anak kalian harus pergi berperang, dan anak saya tidak. Tidak ada yang tahu apakah itu berkat atau kutukan. Tidak ada yang cukup bijaksana untuk mengetahui. Hanya Allah yang tahu".

Moral cerita :
Orang tua itu benar. Kita hanya tahu sepotong dari seluruh kejadian. Kecelakaan-kecelakaan dan kengerian hidup ini hanya merupakan satu halaman dari buku besar. Kita jangan terlalu cepat menarik kesimpulan. Kita harus simpan dulu penilaian kita dari badai-badai kehidupan sampai kita ketahui seluruh cerita.

Read More...

Rabu, 11 Maret 2009

Motivasi Kang Harits


Keluarga Mitra,
Hidup memerlukan pengorbanan. Pengorbanan memerlukan perjuangan. Perjuangan memerlukan ketabahan. Ketabahan memerlukan keyakinan. Keyakinan itulah yang menentukan kejayaan. Dan kejayaanlah yang akan menentukan kebahagiaan.
Kehidupan ini tidak menjanjikan kebahagiaan sepanjang masa. Kadang manusia diasah dengan berbagai dugaan dan ujian. Sekiranya lemah, kita akan terus hanyut mengikut kata hati dan tidak berusaha mencari penyelesaian untuk menyelamatkan diri dan keadaan.


Jangan sesali apa yang sudah pergi. Jangan tangisi apa yang sudah tiada. Tetapi bangkitlah dan bina kembali apa yang telah hilang dan pergi. Kehidupan itu adalah suatu nikmat bagi orang yang menghargai dan menyadarinya.

Keluarga Mitra,
Kita sering nampak derita hari ini, tapi jarang ingat kebahagiaan untuk esok hari, jadi belajarlah untuk menghargai apa yg kita miliki hari ini, karena kita takkan dapat mencapai penghargaan untuk esoknya jika semuanya telah tiada…..
Janganlah pernah terpaku pada satu tujuan yang sederhana. Tujuan hidup yang terlalu sederhana membuat anda tidak memiliki kekuatan lebih. Padahal untuk meraih sesuatu memerlukan tantangan yang lebih besar. Tujuan hidup yang besar akan membangkitkan motivasi dan kekuatan tersendiri dalam hidup anda.

Keluarga Mitra,
Rasa cemas, waswas, ragu dalam melangkah adalah musuh keyakinan diri. Jika kita yakin akan berhasil dalam aktifitas apapun maka keraguan menjadi musuh utamanya. Keyakinan diri harus kita pupuk dan keraguan yang tidak beralasan harus kita musnahkan, jika tidak ingin energi kita tersedot oleh rasa waswas atau keraguan.
Semua pekerjaan mengandung resiko dan pengorbahan. Kalau hasil akhir yang kita inginkan adalah hasil yang cemerlang, maka yang perlu kita tanamkan ke dalam diri kita adalah perasaan yakin akan berhasil. Jadi, tidak hanya sekedar positive thinking, tapi juga positive feeling.
Keluarga Mitra,
Aneh! Kita seringkali menggantungkan keberhasilan dengan diam diri atau hanya menunggu situasi. Dan tidak membuat perubahan sama sekali.
Yang lebih ironis, kita berharap orang lain berubah sementara kita tidak pernah mau berubah. Suami ingin istri berubah menjadi seperti yang diimpikan, atau seorang istri ingin suaminya berubah menjadi suami idaman, orang tua berharap anaknya menjadi anak yang hebat. Ironisnya, kita hanya bersikap menunggu dan tidak melakukan apa-apa.
Perubahan hanya akan terjadi melalui proses belajar. Sikap untuk selalu mau belajar adalah satu-satunya sikap penting agar seseorang mencapai apa yang diinginkan. Dalam keadaan bagaimanapun seseorang memulai tangga kehidupannya, setiap orang yang mau belajar dan mau berkembang …. maka sesungguhnya ia sedang menaiki tangga keberhasilan.

Keluarga Mitra,
Ada orang berkata, "jangan jadi pemimpi!" Padahal hidup diawali dari mimpi. Masa depan dibentuk dari mimpi. Mimpi akan membentuk sikap optimis dan memotivasi diri mewujudkan apa yang kita impikan. Sungguh, orang-orang yang tidak punya daya juang tinggi, orang yang merasa lemah sepanjang hari, orang yang gampang putus asa, dan orang yang tidak mau maju, Mereka adalah orang-orang yang tidak mempunyai mimpi dan mereka adalah orang-orang yang takut membentuk mimpinya sendiri. Padahal mimpi adalah sebuah kekuatan yang dapat kita gunakan sebagai jembatan masa depan. Dan kita armada masa depan.....

Keluarga Mitra,
Berani hidup harus berani dewasa. Hidup ini memang tidak mudah, tetapi alangkah tidak mudahnya hidup tanpa keberanian menjadi dewasa.
Menjadi anak-anak adalah fase hidup. Tetapi menjadi dewasa adalah keberanian. Maka berani dewasa bukan urusan usia, tapi soal sikap. Berani dewasa adalah pilihan hidup yang tidak sederhana. Ini bukan semata soal bertambahnya usia. Tetapi berani dewasa adalah keputusan sikap, sudut pandang, pikiran, dan tindakan yang benar-benar didasarkan kepada kesadaran penuh. Kuncinya pada kematangan, kekuatan pijakan, tujuan akhir yang seterang matahari di puncak siang. Tentu ruh dasar dan fundamentalnya jelas-jelas iman.

Read More...

Motivasi Kang Harits


Keluarga Mitra,
Kita tidak tahu apa yang kita milik sampai kita kehilangannya. Dan sungguh benar kita tidak tahu apa yang belum pernah kita miliki sampai kita mendapatkannya.
Kebahagiaan tersedia bagi mereka yang menangis, mereka yang disakiti hatinya, mereka yang mencari dan mereka yang mencoba. Karena hanya mereka itulah yang menghargai pentingnya orang-orang yang pernah hadir dalam hidup mereka.



Keluarga Mitra,
Sebenarnya rasa bahagia yang pernah kita rasakan sudah cukup untuk membuat kita baik hati. Cobaan yang kita rasakan sudah cukup untuk membuat kita kuat. Kesedihan pernah menimpa kita sudah cukup untuk membuat kita manusiawi. Pengharapan yang menghiasi hati kita sudah cukup untuk membuat kita bahagia.
Karena itu sungguh tidak ada alasan bagi kita untuk tidak baik hati, lemah, dan bersedih dengan yang menimpa sebab kita sering melupakan anugerah-anugerah itu.

Keluarga Mitra,
Jangan pernah mengucapkan selamat tinggal jika Anda masih mau mencoba, jangan pernah menyerah jika kamu masih merasa sanggup.
Hidup adalah seni memilih, seni mengambil keputusan, seni mengubah penyesalan menjadi bara perjuangan. Kita hanya perlu melangkah. Jangan diam. Jangan berhenti terlalu lama.
Saat senyum bahagia meliputi kita, kita pun harus terus melangkah meskipun kita ingin berlama-lama menikmatinya. Begitupun saat luka menorehkan kesedihan, kita juga harus terus melangkah meski kita ingin berhenti saja dan kembali kemasa- masa bahagia.
Tapi tidak. Teruslah melangkah. Tidak ada waktu diam. Tidak ada waktu untuk membiarkan ragu. Sebab itu hanya akan membuat kita menunggu. Usir keraguan. Ciptakan kehidupan. Ukir masa depan. Faidza azzamta fatawakkal 'alallah

Keluarga Mitra,
Ketika anda memandang suatu masalah tanggalkan prasangka-prasangka. Prasangka bagaikan sepatu yang nyaman dipakai namun tak dapat digunakan untuk berjalan. Prasangka memberikan jawaban sebelum anda mengetahui pertanyaannya. Dan seburuk-buruk jawaban adalah bila anda tidak paham apa masalah yang sebenarnya.
Biarkan fakta yang tampak di hadapan Anda terima apa adanya. Jangan biarkan prasangka menyeret Anda ke ujung jalan yang lain. Mungkin Anda merasa aman dengan prasangka Anda, namun sebenamya ia berbahaya di waktu yang panjang. Bila Anda telah mampu melepaskan prasangka, Anda menemukan pandangan yang lebih jernih dan keberanian untuk mengatasi masalah.

Keluarga Mitra,
Matahari pagi takkan terbit dua kali untuk membangunkan orang yang tertidur nyenyak. Kesempatan pun takkan mengetuk dua kali agar Anda mau membukakan pintu keputusan Anda.
Kesempatan adalah waktu karena ia hanya datang sekali. Kesempatan adalah peluang karena Anda dapat mengambil atau mengabaikannya. Kesempatan adalah keluasan karena ia membuka jalan-jalan baru di masa depan.
Di hadapan kita berjajar pintu-pintu kesempatan tak terhingga terbuka lebar. Tapi kita hanya bisa memilih satu dan tak ada jalan kembali. Karenanya putuskanlah yang terbaik bagi Anda. Nasib tidak memihak pada siapa-siapa melainkan pada keputusan Anda.
Bila toh ia datang lagi, ia menampakkan wajah yang berbeda. Dan kesempatan terbaik yang Anda miliki adalah hidup yang hanya sekali ini. Pergunakanlah bukan hanya sebaik-baiknya namun yang terbaik-baiknya

Read More...

Tak Cukup Hanya Menangis


Saudaraku,
Kehilangan memang menyakitkan. Apapun yang terlepas, baik dalam konteks pribadi atau yang lebih luas, tentu terasa menyedihkan. Karena apa yang kita miliki lekat sebagai bagian dari hidup kita. Bahkan ketergantungan terhadapnya mungkin telah tercipta. Ketika itu dicabut atau hilang, kita merasa hilanglah sebagian dari diri kita. Maka sangatlah wajar kalau kemudian ada tangis, minimal kesedihan yang menggumpal di dada. Mungkin tangis ini bisa meringankan sebagian beban hati. Boleh jadi air mata pun bisa membasahi panas hati yang terasa tak menentu. Namun tangis saja tidaklah cukup. Mesti ada tindakan lain yang kita lakukan ketika didera musibah kehilangan.


1. Ingat Kembali Sebab Kehilangan Kita
Kita bisa kehilangan suatu benda. Kita pun bisa kehilangan akhlak dan ketaatan pada Allah yang dulu pernah kita miliki. Kita bisa kehilangan generasi. Mungkin banyak manusia berkualitas yang telah pergi mendahului, hingga kita merindukan mereka. Atau kita merasa kehilangan teman sejati, karena meski banyak teman di sekeliling, namun tak satupun yang sejalan dengan hati kita.
Masyarakat juga bisa kehilangan tokoh kharismatik yang dulu pernah mereka punyai. Negara mungkin kehilangan wilayahnya, juga kehilangan pejabat-pejabatnya yang jujur. Rakyat pun boleh jadi kehilangan rasa aman dan kedamaian. Semakin hari makin panjang daftar kehilangan ini. Maka kita perlu waktu sejenak untuk mengais masa lalu. Untuk mengetahui sebab-sebab kehilangan. Untuk melihat kembali apakah kehilangan itu karena kecerobohan, atau kelalaian kita mendidik generasi, hingga kita kehilangan pemimpin yang bisa diandalkan. Mungkin juga karena terlalu kuatnya sisi eksternal yang membuat kita “tidak berdaya”. Terlalu banyak yang merusak daripada yang membangun. Padahal seribu orang yang membangun dengan susah payah bisa dihancurkan oleh satu orang saja. Apalagi kalau yang membangun hanya kita sendirian sementara yang merusak berjumlah seribu.
Kehilangan. Kehilangan kebiasaan membaca al qur’an. Kelihalangan kalau mata ini sulit menangis ketika membaca Al-Qur’an karena banyak tertawa, maka kurangilah tertawa. Kalau anak-anak terlalaikan karena terlalu banyak mendengarkan kidung cinta yang tertuju bukan pada Rabbnya, maka jauhkanlah kidung itu dari mereka.
Ahmad bin Khidir menikahi Umu Ali. Setelah pernikahan, Ahmad Khidir beserta istri datang kepada Abu Yazid Al-Bustomi. Sang istri memalingkan wajahnya. Ahmad bertanya, “Mengapa kamu memalingkan wajahmu?" Istrinya menjawab, “Karena setiap aku memandang wajah Abu Yazid, hilanglah semangat jiwaku. Dan setiap aku memandangmu semangat jiwaku bangkit." Setelah itu mereka berdua keluar. Ahmad berkata kepada Abu Yazid, “Nasehati aku.” Dengan singkat Abu Yazid menjawab, “Belajarlah dari istrimu."
Ya, pesan singkat bermakna padat. Umu Ali mengetahui sebab kehilangan sesuatu dalam jiwanya. Maka dia pun menghindarinya. Pantas saja Abu Yazid hanya berpesan pendek, “Belajarlah dari istrimu.”
2. Bangkitkan Kenangan, Dimana Dulu Kita Mendapatkannya
Ini hanyalah bagian dari cara untuk membangkitkan kebaikan yang dulu ternyata pernah bisa kita lakukan. Boleh jadi dulu kita pernah sering kali berpuasa atau sholat sunah. Namun kini kita tidak lagi melakukannya. Dan kita pun kehilangan kenyamanan hati seperti yang dirasakan ketika mengamalkan ibadah sunah.
Maka mungkin kita perlu mencoba untuk napak tilas. Kita cari dan kita munculkan lagi tempat dan suasana yang membawa pada keinginan beribadah. Kita munculkan alasan dan pendorong yang dulu bersemayam di hati. Hingga kita bergairah untuk kembali mendekati Allah dengan melakukan amalan sunah yang berkualitas.
Marilah kita mencoba kembali ke belakang barang sesaat, untuk membangkitkan kenangan bahwa dulu kita pernah mengukir kebaikan. Dengan harapan, kenangan ini menjadi pemicu bangkitnya naluri kita untuk kembali berbuat kebaikan, yang mungkin hampir punah.
3. Jadikan Orang di Sekeliling Kita Sebagai Pengontrol
Kehilangan bisa jadi muncul akibat kita tidak sanggup menjaganya. Kalau demikian adanya, tentu kita harus membuat kontrol-kontrol diri yang akan menjaga semua yang kita miliki. Kita bisa menjadikan orang-orang disekeliling kita menjadi kontrol bagi perjalanan kita. Untuk memantau kita.
Teman merupakan partner yang semesti-nya bisa memberikan kontrol positif, Tanpa itu persahabatan tidaklah banyak berarti. Dari mereka kita bisa mendapatkan masukan, nasehat, peringatan dan teguran. Ini semua merupakan pengawas dan penyeimbang langkah.
Umar ra. menjadikan masyarakat sekeliling-nya sebagai pengontrolnya. Sewaktu pidato perdananya sebagai khalifah, ia tanpa basa basi berani menanyakan siapa yang bersedia mengontrolnya. Detik itu pula seorang anak muda menghunus pedang, dan dengan lantang mengatakan bahwa pedangnyalah yang akan mengontrol Umar, jika mulai menjauh dari arnanah.
Selain ternan, musuh pun bisa menjadi pengontrol langkah kita. Karena musuh selalu mencari kelemahan kita. Dengan demikian sebenarnya kita secara cuma-cuma sedang menuai kritik, yang boleh jadi sebagian atau keseluruhannya ternyata bernuansa positif.
Seorang ulama salaf berkata, "Kenikmatan dan orang-orang iri selalu beriringan. Jika ada kenikmatan di sana pasti ada orang yang iri. Maka jika tidak ada orang yang iri kepada Anda berarti Anda telah kehilangan banyak kebaikan dalam hidup."
Kontrol inilah yang akan menjaga kita dari kehilangan untuk kedua kalinya. Kontrol inilah yang mengingatkan dan mencegah agar kita tidak sedih dan menangis untuk kasus kehilangan yang sama. Jadikanlah teman, lawan dan catatan sejarah sebagai cermin yang bening. Tempat kita melihat apa yang hilang dari wajah kita. Untuk mengetahui apakah seraut wajah cerah belum hilang dari kita.
4. Carilah Kembali Mutiara yang Hilang
Yang hilang mungkin kembali lagi. Yang pergi mungkin diharapkan datang lagi. Terus mencari agar ia kembali dan datang lagi adalah usaha yang tak boleh henti. Berbagai upaya harus diupayakan agar apa yang pernah hilang kembali lagi. Kerinduan pada Al-Qur’an harus dimunculkan kembali, Kenikmatan sholat malam harus diraih kembali. Kembalinya kedamaian di keluarga harus terus diupayakan jalannya. Keberkahan negeri yang pernah diraih harus dicoba untuk dikembalikan.
Tidak ada kata terlambat. Karena “mutiara” itu mungkin hanya terselip dari pandangan rnata kita. Mungkin kita hanya butuh sedikit lelah fisik dan lelah hati, kemudian “mutiara” itu akan berada di tangan kita lagi. Setelah “mutiara” itu kembali, ada rasa bahagia yang tidak terlukiskan. Bahkan kita bisa lebih bahagia dibandingkan ketika kita memegangnya pertama kali,
Apa yang hilang dari kita harus kita cari kembali. Andalus mercusuar kejayaan Islam telah hilang. Palestina kiblat pertama kita telah direnggut. Dengan rasa optimis tinggi dan usaha tak kenal lelah kita berharap "mutiara” itu jatuh ke tangan kita lagi. Meski mungkin perlu waktu yang tidak sebentar, namun langkah mesti segera dibangun.
5. Titipkan Semuanya kepada Allah
Menitipkan kepada Allah berarti menitip-kan kepada Dzat yang Maha Menjaga, Bintang gemintang dan segala benda angkasa luar yang tidak terhitung jumlahnya terjaga semuanya. Karena hanya Dialah yang Maha Menjaga. Tidak rusak dan tidak hilang apa yang dititip-kan kepada-Nya.
Sebagaimana yang dilakukan oleh Abu Hurairah ketika hendak melepas seorang teman-nya. "Kesinilah aku lepas engkau dengan cara Nabi melepas orang yang hendak pergi, ‘Aku titipkan engkau kepada Allah yang tidak akan pernah hilang apa yang dititipkan kepada-Nya.’"
Titipkan diri ini agar tidak banyak kehilangan kebaikan. Titipkan generasi ini agar tidak hilang tersesat di belantara dunia. Titipkan negara ini agar dijaga dan tetap dilimpahkan keberkahan. Titipkan hati ini agar tetap menjadi pencetus ide-ide kebaikan. Ketika kita mulai khawatir akan kehilangan sesuatu, maka segeralah berdialog dengan Allah, agar Dia menjaga kita dan menjaga apa-apa yang kita takutkan akan hilang. Bahkan ketika kita sudah kehilangan, mintalah agar Allah mengembalikan kepada kita apa yang telah pergi.
Ketika Said kehilangan barang berharga, Hasan Al-Bisri berkata, “Pergi dan ambillah wudhu kemudian sholatlah dua rakaat dan berdoalah, Wahai Dzat yang Maha Lembut, Maha Pemberi, Maha Pengasih, Maha Hidup, Maha Berdiri Sendiri, Pencipta langit dan bumi, Yang Mempunyai keagungan dan keutamaan, ampunilah aku dan kembalikan yang hilang dariku," Tak lama berselang, Said kembali kepada Hasan dengan barang berharga yang hilang sudah di tangannya kembali.
Meminta tolong dan menggantungkan harapan kepada sesama manusia, seringkali tidak mendatangkan solusi. Bahkan bisa menyesatkan. Berpindahlah pada Allah yang Maha Mengetahui ke mana perginya yang hilang dan “tempat menitip” yang paling aman, karena apa yang kita miliki tidak mungkin rusak dan hilang.
Yang telah hilang dari kita mungkin amatlah banyak. Sebelum berbuntut penyesalan berkepanjangan dan hanya menambah penderitaan, maka cepatlah bertindak yang benar ketika kita kehilangan. Wallahu’alam.

Read More...